Uncategorized
Inilah Kunci Bahagia Menurut Riset Terbaru
Inilah Kunci Bahagia Menurut Riset Terbaru
Banyak orang ingin bahagia dalam hidupnya. Mungkin termasuk kita. Kita mendambakan rumah megah, mobil mewah, pasangan yang ideal, pekerjaan yang sempurna. Kita berasumsi semua hal itu membawa kebahagiaan dalam hidup. Namun, apakah hal-hal itu benar-benar membawa kebahagiaan?
Banyak orang menganggap, kebahagiaan ditentukan oleh konten dari momen demi momen. Sehingga mereka mencari konten (baca: kegiatan, aktivitas, benda) untuk mengisi momen demi momen dalam hidupnya. Konten yang mereka asumsikan membawa kebahagiaan. Menariknya, ternyata kebahagiaan bukan ditentukan oleh kontennya melainkan ditentukan oleh fokus menjalani momennya. Kita bisa saja menganggap travelling adalah konten yang dapat membawa kebahagiaan. Namun, bisa saja si A melakukan travelling dan bahagia. Sementara si B melakukan travelling namun tetap merasa tidak bahagia. Padahal A dan B sama-sama menyukai travelling dan menganggap travelling dapat membawa kebahagiaan. Apa bedanya?
Inilah-Kunci-Bahagia-Menurut-Riset-Terbaru
Kunci kebahagiaan adalah presence – menjalani momen demi momen secara sadar. Apapun kontennya, apapun jenis aktivitas yang dilakukannya. Inilah kesimpulan dari risetnya Matthew Killingsworth, Ph.D.[1]
Matt mengumpulkan 650.000 laporan dari 150.000 responden di 80 negara. Respondennya terdiri dari beragam profesi, umur, dan status pernikahan. Dia mengajukan tiga pertanyaan:
Apa yang Anda rasakan saat ini?
Apa yang sedang Anda lakukan saat ini?
Apakah Anda memikirkan hal lain selain apa yang sedang Anda lakukan saat ini?
Tidak
Ya, hal yang tidak menyenangkan
Ya, hal yang menyenangkan
Ya, hal yang netral
Hasilnya mengejutkan. Kita cenderung kurang bahagia saat pikiran kita mengembara. Saat pikiran kita memikirkan hal lain di luar hal yang sedang kita lakukan saat ini. Tidak peduli apakah yang kita pikirkan adalah hal yang netral, menyenangkan atau tidak menyenangkan. Mind Wandering – pikiran yang mengembara adalah penyebab ketidakbahagiaan. Apakah berlaku sebaliknya? Ternyata tidak. Mind Wandering menyebabkan ketidakbahagiaan, bukan sebaliknya.
Menariknya lagi, mind wandering terjadi dalam 47% waktu kita. Mind Wandering terjadi dimana-mana. Entah saat kita mengendarai mobil, mencuci piring, berolahraga, ngobrol, bahkan melakukan hubungan seksual. Tidak heran, banyak orang yang tidak bahagia dalam hidupnya.
Maka, bila kita ingin bahagia, berlatihlah untuk presence. Hadir di sini, saat ini. Memfokuskan seluruh pikiran kita pada apa yang sedang kita lakukan saat ini. Terlibat total dengan aktivitas yang sedang kita kerjakan dengan seluruh indera kita. Entah itu sekadar mencuci piring, menulis, minum kopi, ataupun ngobrol dengan teman kita
Tidak Ada Sukses Tanpa Disiplin
Tidak Ada Sukses Tanpa Disiplin
Setiap kali melihat kesuksesan seseorang kita selalu mendapati dua elemen yang sama.
Pertama, kompetensi (competency). Anda boleh sebut dengan keahlian, keterampilan, pengetahuan, kecerdasan, ataupun bakat. Sebuah kualitas yang membuat seseorang mampu melakukan sesuatu dengan baik. Sebuah kualitas yang membuat ia kompeten di bidangnya.
Kedua, pengendalian diri (self-control). Anda boleh sebut dengan disiplin, kemauan, semangat, motivasi, determinasi, persistensi, konsistensi atau istilah apapun yang mewakili. Kemauan melakukan sesuatu meskipun kita tidak menyukainya. Kekuatan melawan godaan jangka pendek sehingga tujuan jangka panjangnya tercapai. Kemampuan mengabaikan pikiran dan perasaan yang tidak berdampak positif pada pencapaian tujuan.
tidak-ada-sukses-tanpa-disiplin
Percuma Anda kompeten bila Anda tidak memiliki kemauan yang kuat. Percuma Anda ahli, bila Anda tidak persisten. Percuma Anda cerdas bila Anda tidak disiplin. Tanpa kemampuan mendisiplinkan diri, Anda tidak akan menjadi apa-apa.
Berbagai studi menyimpulkan, orang-orang dengan kendali diri yang tinggi tumbuh menjadi dewasa dengan kesehatan dan kemapanan finansial yang lebih baik. Studi lain menyebutkan, anak-anak yang mampu menunda kepuasaan sesaat saat dewasa memiliki keterampilan sosial yang lebih baik, kecenderungan obesitas yang lebih rendah dan respon yang lebih baik terhadap stress. Self-Control juga terkait dengan prestasi akademik yang lebih baik. Riset menemukan, orang-orang yang memiliki pengendalian diri yang bagus hidup lebih bahagia dan puas dengan kehidupannya.
Dalam literatur psikologi, elemen kedua ini diistilahkan dengan willpower. Mengutip kamus Merriam-Webster, willpower didefinisikan sebagai: the ability to control yourself; strong determination that allows you to do something difficult (such as to lose weight or quit smoking). Kalau diterjemahkan dalam bahasa Indonesia kurang lebih: kemampuan mengendalikan diri sendiri; tekad yang kuat untuk melakuan sesuatu yang sulit.
Disiplin, kerja keras, konsistensi adalah efek dari willpower. Banyak orang cerdas, orang pintar, namun tidak menghasilkan apa-apa karena dia tidak bertindak. Kondisi tidak bertindak ini adalah tanda dari lemahnya willpower seseorang.
Bagaimana dengan Anda, apa yang sudah Anda lakukan untuk melatih willpower Anda?
Sukses Membutuhkan Struktur
Sukses Membutuhkan Struktur
Pada tahun 2008 seorang tukang ledeng dari Irlandia meninggalkan pekerjaannya dan memutuskan untuk fokus berlatih MMA (Mixed Martial Arts). Berbekal dana seadanya, ia bergabung dengan teman-temannya di sebuah gym. Setiap hari ia menjalani latihan yang ketat. Sabtu pagi latihan 15 ronde. Minggu pagi angkat beban dan latihan kardio. Senin pagi berlatih jujitsu 10 ronde. Senin malam latihan tanding 8 ronde. Selasa pagi latihan kembali 9 ronde demikian seterusnya. Ia mengatakan “(rutinitas seperti) ini bukan untuk 3 atau 8 minggu, ini untuk seumur hidup. Aku harus latihan, jika tidak, aku bukanlah diriku. Pikiranku akan sangat kacau jika aku tidak latihan.”
Impian dia sama seperti semua pemula di MMA: masuk di UFC (Ultimate Fighting Championship). Ia berkata “Tujuan utama semua orang adalah masuk UFC, kelas utama, kami tak peduli dengan yang lainnya. Entah bergabung dengan UFC atau tidak sama sekali.” Namun ia tidak berhenti di sini, ia punya mimpi yang lebih jauh, “Impianku adalah menjadi juara dunia di UFC, punya banyak uang hingga tak tahu harus digunakan untuk apa, lalu punya kehidupan yang sangat bagus untuk anak cucuku.”
Jalur untuk masuk ke UFC tidaklah mudah. Para atlit harus membuktikan dulu di berbagai pertandingan lokal, “Ini jalan yang harus dilalui bangun reputasimu di luar UFC. Selesaikan dengan besar. Bicaralah. Menangkan gelar di semua divisi. Lalu kamu bisa memanggil lawan. Saat kau dipanggil, datang dan buktikan pada semua orang bahwa kau ada di sana” demikian katanya.
Akhirnya, ia pun berhasil masuk ke UFC. Puncaknya, November 2015, ia berhadapan dengan Jose Aldo untuk memperebutkan gelar juara kelas bulu. Jose Aldo bukan lawan yang mudah. Pemegang sabuk Juara UFC ini memiliki rekor tak terkalahkan selama 10 tahun. Namun, hal yang tak terduga terjadi. Mantan tukang ledeng ini berhasil meng-KO Jose Aldo hanya dalam 13 detik! Ini adalah rekor kemenangan tercepat di UFC dalam sejarah. Ia pun dinobatkan sebagai juara UFC di kelas bulu (61-65 kg). Anda pasti mengenalnya. Ya, dialah Conor Mc Gregor.
Perjalanan hidup McGregor ini saya dapatkan dari film dokumenter Conor McGregor: Notorious. Kisah McGregor tida berhenti sampai di sini. Ia ingin memegang dua sabuk bersamaan. Menjadi juara di dua kelas yang berbeda. Ia pun maju di kelas ringan (65-70 kg). Lawannya adalah Nate Diaz. Di sinilah cerita menarik terjadi. McGregor kalah. Ia malu dan menantang ulang Nate Diaz. Beberapa bulan kemudian, pertandingan ulang dijalankan dan McGregor menang. Ia menjadi petarung pertama yang berhasil memegang dua sabuk juara dalam waktu bersamaaan.
Pertanyaannya, apa rahasia McGregor sehingga dalam 8 tahun berhasil mencapai performa puncak di bidangnya dari nol? Saya menemukannya dalam sebuah wawancara yang dilakukan oleh ESPN pasca kemenangannya melawan Diaz. Menurut McGregor, rahasia suksesnya adalah struktur.
“It’s structure, and I feel that the key to success is structure. The key to the billions is structure. If I look at any truly successful individual, I see the structure. Everything is kept in a specific place. They wake up at a certain time, eat at a certain time, train at a certain time, and handle their business at a certain time.
Structure is the key.
It keeps you focused. Anytime you’re struggling, you go back to the structure and everything falls back into place.”
Terjemahannya kurang lebih:
“Adalah struktur. Saya merasa bahwa kunci menuju sukses adalah struktur. Kunci menuju kekayaan adalah struktur. Setiap kali saya melihat individu yang sukses, saya melihat struktur. Segala sesuatu terletak di tempat yang tepat. Mereka bangun di jam tertentu, makan di jam tertentu, berlatih di jam tertentu, dan mengerjakan bisnis di jam tertentu.
Struktur adalah kuncinya.
Ini membuat Anda fokus. Setiap kali Anda merasa kewalahan, kembalilah ke struktur (yang sudah Anda buat) dan segala sesuatu akan kembali ke tempatnya.”
Dalam wawancara lain, ia mengatakan hal serupa:
“I feel structure is the true key to success. You can get a reasonable amount of success by just winging it and just going as you feel, but I feel to reach the true heights, to reach the billions, the amount of stuff that comes along with this life, you’ve got to have a structured life. You’ve got to live a life of structure and you can’t stray from that. That’s what we’ve done. We’ve set training times, we’ve set schedules, we’ve stuck to it and I’ve responded well.”
Artinya:
“Saya merasa struktur adalah kunci sebenarnya untuk sukses. Anda bisa mendapatkan kesuksesan dalam jumlah yang secukupnya hanya dengan mengayun dan berjalan sesuai yang Anda rasakan. Namun untuk mencapai ketinggian yang sebenarnya, mencapai milyaran, mendapatkan sejumlah pencapaian hidup yang besar, Anda perlu kehidupan yang terstruktur. Anda harus menjalani kehidupan yang terstruktur dan Anda tidak dapat menyimpang darinya. Itu yang telah kami lakukan. Kami menetapkan waktu berlatih, kami mengatur jadwal, dan kami mengikutinya.”
Hidup kita penuh dengan kekacauan. Sangat tidak terprediksi. Saat kita menetapkan tujuan, kita akan sangat mudah teralihkan. Ujung-ujungnya, tujuan yang sudah kita tetapkan terlupakan dan tidak tercapai. Struktur membantu kita tetap pada jalur yang sudah kita tetapkan. Struktur bisa berbentuk kebiasaan, rutinitas atau pengaturan lingkungan – segala sesuatu yang memastikan kita tetap di jalur yang kita sudah tetapkan sebelumnya.
Sebagai penulis buku, saya pun menerapkan struktur. Strukturnya sederhana, setiap hari pastikan ada waktu untuk tiga hal: membaca buku, mencatat ide dan menulis. Membaca setidaknya satu bab buku, mencatat ide yang terlintas, menulis minimal 1000 kata. Bila salah satu hal ini tidak dilakukan, saya akan merasa kacau. Merasa tidak produktif. Lalu, setiap pekan saya akan mempublikasikan satu artikel di blog dan menyebarluaskannya melalui email. Melakukan ini semua membantu saya mencapai hasil-hasil yang saya dapatkan hari ini. Bila saya berhenti melakukannya, maka bisa diprediksi hasil yang saya dapatkan tidak akan sesuai.
Scott Adams, pencipta komik Dilbert, menggunakan istilah sistem alih-alih struktur. Idenya mirip. Sistem adalah proses yang dilakukan secara berulang untuk mencapai hasil yang diinginkan. Bagi Scott Adams, sistem yang ia gunakan adalah menulis blog dan menggambar komik secara teratur. Warren Buffet membeli saham perusahaan dengan potensi bagus dan tidak menjual sahamnya selama mungkin. Adam Grant mempublikasikan jurnal ilmiah setiap tahun. Cal Newport menggunakan deep work untuk menghasilkan karya-karya berkualitasnya.
Pertanyaannya, apa sistem yang Anda gunakan? Struktur seperti apa yang memastikan Anda mendapatkan hasil-hasil yang Anda inginkan?
PS. Saya tertarik mengupas lebih dalam terkait sistem dan struktur ini. Do’akan agar diberi pemahaman lebih mendalam terkait ini ya.
Tiga Pertanyaan dalam Merencanakan Hidup
Tiga Pertanyaan dalam Merencanakan Hidup
“Jika Anda tidak mengetahui apa yang Anda lakukan, Anda tidak akan tahu kapan Anda harus berhenti.” ~anonim
Merencanakan hidup (Life Planning) itu seperti merencanakan sebuah perjalanan. Anda perlu:
Menyadari posisi Anda saat ini
Memutuskan Anda mau pergi kemana
Mulai bergerak menuju tujuan Anda
Tanpa tiga hal ini, Anda akan bergerak tanpa arah, salah memperkirakan jarak tempuh dan bekal yang perlu dibawa, atau tidak pergi kemana-mana.
life-plan-tiga-pertanyaan-dalam-merencanakan-hidup
Masalahnya adalah, hidup itu seperti naik kendaraan yang terus bergerak. Mau tidak mau Anda akan semakin tua, semakin berumur. Jika Anda tidak menjadi pengemudinya, Anda akan dibawa oleh orang lain ke tempat yang belum tentu Anda suka. Jika Anda tidak menetapkan arah, kendaraan ini akan bergerak entah kemana.
Ambil alih kemudi dan kendali hidup Anda, mulai dengan tiga pertanyaan berikut ini.
Dimana posisi saya saat ini?
Pertanyaan ini menyadarkan kita pada situasi kita saat ini. Hasil-hasil apa saja yang sudah kita capai, kondisi hidup kita, peran-peran yang kita jalankan, tugas dan pekerjaan yang kita lakukan saat ini. Pertanyaan ini penting, karena kita tidak akan tahu apa yang perlu kita lakukan bila kita tidak tahu posisi kita dimana saat ini.
Untuk mengenali posisi kita saat ini diperlukan keberanian dan kejujuran. Keberanian dan kejujuran untuk melihat situasi kita sendiri, keberanian dan kejujuran untuk mengakui situasi kita. Tanpa keduanya, kita tidak akan dapat memahami posisi kita dengan jelas.
Tidak mungkin kita dapat mengubah keadaan kita jika kita masih menyangkal kenyataan saat ini.
Kemana saya ingin menuju?
Seperti perjalanan, setelah mengetahui posisi sekarang maka selanjutnya kita perlu tahu tujuan kita. Saya ingin pergi ke arah mana? Kemana persisnya? Kenapa ke sana bukan ke tempat lain? Pertanyaan-pertanyaan ini akan mengklarifikasi tujuan kita. Dimana posisi yang kita inginkan 10 tahun yang akan datang? 5 tahun yang akan datang? Setahun yang akan datang?
Dengan mengetahui posisi kita saat ini dan kemana ingin menuju, kita akan memahami berapa lama jarak yang perlu kita tempuh dan bekal apa saja yang perlu kita siapkan.
Bagaimana membawa saya dari sini ke sana?
Untuk menuju ke tempat yang kita inginkan, kita perlu menetapkan rute perjalanannya. Semakin jelas yang kita tuju, semakin mudah kita menetapkan rute perjalanannya. Semakin jelas rute perjalanannya, semakin mudah kita mengambil keputusan saat dihadapkan dengan persimpangan jalan.
“Sibuk saja tidaklah cukup… yang menjadi masalah adalah: Kita sedang sibuk dengan apa?” ~Henry David Thoreau
5 Cara Mengoptimalkan Willpower
5 Cara Mengoptimalkan Willpower
Willpower alias kekuatan kemauan adalah modal penting untuk mencapai keberhasilan dan kebahagiaan dalam hidup. Dari artikel yang lalu kita mempelajari tiga hal penting hal terkait willpower:
Pertama, dia memiliki kapasitas yang terbatas. Kapasitasnya juga menurun seiring penggunaannya. Di pagi hari, willpower kita memiliki kapasitas yang optimal. Semakin sore, kapasitasnya semakin menurun.
Kedua, kita menggunakan stok willpower yang sama untuk melakukan aktivitas yang berbeda-beda. Mirip seperti batere handphone, semakin banyak aplikasi yang digunakan, semakin cepat baterenya habis.
Ketiga, willpower kita bisa nge-drop jika tidak dikelola dengan baik. Kita akan kelelahan secara mental. Akibatnya, kemampuan pengendalian diri kita semakin berkurang. Inilah pentingnya mengelola willpower kita.
Kata orang, sukses adalah terselesaikannya hal-hal kecil dengan baik hari demi hari. Apa yang terlihat sebagai sukses besar pada diri seseorang memerlukan proses yang panjang untuk melatihnya. Termasuk orang-orang yang kita lihat memiliki willpower luar biasa, mereka memiliki kebiasaan harian yang membuat willpower mereka semakin kuat. Apa sajakah kebiasaan tersebut? Mari kita bahas satu per satu.
5-cara-mengoptimalkan-willpower
Pertama, lakukan aktivitas terpenting di pagi hari.
Willpower kita berada di kapasitas optimal saat pagi hari. Jangan habiskan sia-sia. Gunakan untuk mengerjakan tugas terpenting Anda. Pagi hari adalah waktu terbaik untuk mengerjakan hal-hal yang paling berdampak dalam hidup Anda.
Kedua, hindari memutuskan hal penting di sore hari.
Pada sore hari, mental kita sudah mulai lelah. Kapasitas willpower kita juga sudah mulai berkurang. Hindari membicarakan hal-hal penting seperti negosiasi bisnis, rencana masa depan, atau hal genting dalam rumah tangga. Ketika mental Anda lelah, Anda tidak bisa berpikir secara jernih. Anda akan memutuskan sesuatu secara emosional.
Ketiga, fokus pada satu aktivitas satu waktu.
Mari kita coba: sebutkan 50 nama kota besar di Indonesia. Sambil Anda menuliskannya, hitung hasil dari perkalian 16 x 37. Bisakah Anda melakukannya sekaligus? Atau Anda berhenti memikirkan nama kota besar di Indonesia dulu baru Anda bisa menghitung perkaliannya? Otak kita dirancang untuk melakukan singletasking bukan multitasking. Melakukan multitasking akan membuat mental Anda cepat lelah dan kapasitas willpower Anda menurun secara drastis.
Keempat, berlatih hadir utuh di sini, saat ini.
Berdasarkan riset Harvard, 47% waktu terjaga kita, kita gunakan untuk memikirkan hal yang sudah terjadi (masa lalu) atau hal yang belum terjadi (masa depan). The Wandering Mind, istilahnya. Dan ini adalah penyebab ketidakbahagiaan kita. Saat kita tidak bahagia, mental kita menjadi cepat lelah.
Kelima, chunking.
Chunking adalah proses memecah pekerjaan yang kompleks dan besar menjadi pekerjaan yang lebih kecil. Sehingga kita dapat mengerjakannya tanpa beban. Hal ini tentu saja sangat menghemat willpower kita
Apa Yang Paling Penting dan Bermakna dalam Hidupmu?
Apa Yang Paling Penting dan Bermakna dalam Hidupmu?
Semua orang punya kesibukan. Saya dan kamu punya kesibukan. Kesibukanku tentu tidak bisa dibandingkan dengan kesibukanmu. Kesibukanmu juga tidak bisa dibandingkan dengan kesibukanku. Pertanyaan untuk aku dan kamu renungkan: apakah kita sibuk dengan hal-hal yang penting? Atau kita sibuk dengan hal-hal yang sepele? Apakah kita sibuk dengan hal-hal yang bermakna? Atau kita sibuk dengan hal-hal yang remeh temeh?
Photo by Simon Migaj on Unsplash
Semua yang aku lakukan penting kok. Semuanya penting, sampai aku merasa kewalahan. Mungkin itu yang kamu pikirkan tentang kesibukanmu. Sama denganku. Aku juga menganggap semua yang aku kerjakan itu penting. Hal yang bermakna dalam hidupku. Namun, coba pertimbangkan sekali lagi: apakah benar-benar penting dan bermakna? Setiap waktu aku merefleksikan hal ini. Benarkah apa yang aku lakukan ini adalah hal-hal yang penting dalam hidupku? Aku tak ingin mengerjakan banyak hal – semua hal – yang sebenarnya tidak semuanya hal penting dalam hidupku.
Kemarin, aku membaca buku Essentialism karya Greg McKeown untuk yang kedua kalinya. Buku ini kembali menyadarkanku bahwa: hal yang benar-benar esensial dalam hidup hanyalah sedikit. Sebagian besar hal lainnya adalah hal non-esensial, hal-hal yang remeh temeh, hal yang tidak benar-benar berdampak dan bermakna dalam hidup kita. Pertanyaanya adalah dari sekian banyak aktivitas kita, mana yang benar-benar esensial? Mana yang memang hanya kita yang ditakdirkan untuk melakukannya? Apa satu hal yang paling penting dan berharga? Yang paling berdampak dan bermakna? Saat kita menemukan satu hal ini, kita akan menemukan kesadaran baru bahwa semua hal lainnya hanya hal-hal yang sepele. Hal-hal yang bisa dihilangkan, dikurangi atau didelegasikan ke orang lain yang lebih ahli.
Satu pertanyaan yang menyadarkanku kembali dari buku ini adalah: “Jika aku hanya bisa ekselen di satu hal, satu hal apakah itu?” Ya, aku punya kecenderungan untuk mempelajari dan melakukan banyak hal. Aku punya kecenderungan untuk mengejar banyak mimpi dan tujuan. Namun, ini adalah jalan para non-esensialis. Jalan orang-orang yang berakhir di level rata-rata. Aku tidak mau seperti itu. Aku ingin menjadi orang yang ekselen. Orang yang unggul di satu bidang. Orang yang meninggalkan jejak dan warisan nyata untuk orang-orang sepeninggalanku. Dan itu memerlukan fokus serta pengorbanan. Aku perlu mengorbankan hal-hal lain yang tidak esensial. Hal lain yang hanya akan mengalihkanku dari fokusku ini. Ini jalanku. Bagaimana denganmu?
Apa itu Kebahagiaan?
Apa itu Kebahagiaan?
Ketika orang bertanya, apa itu sukses? jawaban termudahnya: sukses adalah bahagia. Tidak heran, ketika orangtua menasihati anaknya, seringkali mereka berkata: “Kami ingin kamu bahagia” – pertanyaannya, apakah yang dimaksud dengan kebahagiaan? Apakah semua kebahagiaan bernilai sama?
apa-itu-kebahagiaan
Richard Shell dalam bukunya “Springboard: Launching Your Personal Success” mengatakan tidak semua kebahagiaan diciptakan sama. Menurutnya, ada tiga macam kebahagiaan.
Kebahagiaan Pertama: Momentary Happiness.
Ini adalah kebahagiaan yang kita rasakan saat kita menikmati momen demi momen saat ini. Kebahagiaan saat kita melakukan sesuatu, apapun itu. Entah ngobrol dengan teman, jalan-jalan bersama keluarga, ngopi atau sekadar menikmati makanan yang enak… lalu kita merasakan emosi positif, emosi bahagia – ini yang kita sebut dengan momentary happiness.
Kunci untuk mendapatkan momentary happiness adalah fokus di sini saat ini, menikmati apapun yang kita kerjakan saat ini.
Kebahagiaan Kedua: Overall Happiness.
Overall Happiness adalah kebahagiaan yang kita rasakan saat menjawab pertanyaan: apakah hidupku bahagia? Ini adalah kesimpulan umum dan penilaian positif terhadap keseluruhan hidup kita. Kita melihat masa lalu dan “melihat” masa depan, lalu mengevaluasi secara keseluruhan dan Anda merasa puas – inilah kebahagiaan yang kedua.
Menurut riset, ada empat hal yang dapat meningkatkan kebahagiaan jenis kedua ini.
Kesehatan yang baik.
Terwujudnya sebuah tujuan jangka panjang.
Hubungan baik dengan pasangan.
Menghasilkan banyak uang (jadi, kata siapa uang tidak bisa membeli kebahagiaan? haha)
Kebahagiaan Ketiga: Deep Happiness
Kebahagiaan yang muncul saat kita menyadari makna hidup kita. Saat kita merasa terhubung dengan sesuatu yang lebih besar dari kita. Saat kita mendapatkan makna dari apa yang kita lakukan setiap hari. Memiliki pekerjaan yang bermakna adalah salah satu sarana mendapatkan kebahagiaan jenis ini.
Refleksi:
Apakah Anda merasa bahagia saat ini?
Dari ketiga jenis kebahagiaan di atas, kebahagiaan mana yang lebih sering Anda rasakan?
Bagaimana agar Anda semakin sering merasa bahagia? Apa saja yang dapat Anda lakukan?
Berkenalan dengan Mindful Productivity
Berkenalan dengan Mindful Productivity
Seringkali saat ingin menjadi produktif kita justru merasa terbebani dengan keinginan kita sendiri ini. Akhirnya, kita “terpaksa” menjadi produktif. Kita berusaha produktif namun tertekan dengan produktivitas kita sendiri. Tulisan kali ini akan mengupas bagaimana agar kita bisa menjadi produktif tanpa terbebani dengan itu semua.
Produktivitas berbanding lurus dengan ketenangan pikiran kita. Jika pikiran kita penuh, maka tidak ada ruang untuk produktivitas. Ini terjadi bila terlalu banyak hal yang kita pikirkan sekaligus. Produktivitas membutuhkan ruang untuk berpikir dan berkarya. Ini tidak terjadi bila pikiran kita penuh sesak.
Produktvitas juga berbanding lurus dengan ketenangan perasaan kita. Bila kita selalu resah, gundah atau marah-marah maka sulit bagi kita untuk produktif. Kita memerlukan ketenangan perasaan agar produktif. Bila perasaan tak tenang, perilaku kita pun tak akan tenang. Kita akan gelisah, akibatnya hasil pekerjaan kita akan jauh dari kata berkualitas.
Produktivitas memerlukan ketenangan pikiran dan perasaan. Ketenangan pikiran membuat kita mampu bekerja dengan fokus. Ketenangan perasaan membuat kita menuntaskan sesuatu tanpa terburu-buru.
Inilah sebabnya kemudian muncul istilah Mindful Productivity. Produktivitas yang dilandasi kesadaran penuh terhadap apa yang sedang kita kerjakan di depan kita. Produktivitas yang tidak terburu-buru. Produktivitas yang bebas dari tekanan dan stress akibat terlalu banyak keinginan yang ingin dicapai.
Sebagai awalan untuk mempraktikkan Mindful Productivity, teman-teman bisa terapkan tiga tips sebagai berikut.
Pertama, catat segala sesuatu yang terlintas dalam pikiran kita.
Apapun itu. Entah ide, keinginan, harapan, impian, pekerjaan yang tertunda, proyek yang belum tuntas. Tuliskan semuanya. Menuliskan ini semua di buku catatan akan memberi ruang pada pikiran kita untuk berpikir dan berkreasi. Dengan ruang ini, kita pun akan lebih produktif tanpa dibebani oleh pikiran-pikiran tersebut.
Kedua, rencanakan apa yang perlu Anda kerjakan.
Hanya memikirkan apa yang perlu dikerjakan akan membebani pikiran kita. Rencanakan apa yang perlu kita lakukan. Tuliskan di buku agenda kita. Bila perlu lakukan setiap pagi.
Ketiga, kerjakan satu aktivitas dalam satu waktu.
Setelah kita menuliskannya, mulailah mengerjakannya satu per satu. Jangan bernafsu untuk menuntaskan semuanya sekaligus. Cukup kerjakan satu per satu. Fokuskan diri kita pada satu aktivitas dalam satu waktu. Setelah satu aktivitas selesai, barulah kita beralih ke aktivitas berikutnya.
Setidaknya, inilah tiga tips yang dapat teman-teman lakukan untuk mulai mempraktikkan Mindful Productivity. Sama seperti tips ketiga, jangan langsung berusaha menerapkan ketiga tips ini sekaligus. Pilih salah satu tips dan lakukan berulang-ulang sampai jadi kebiasaan. Sampai jumpa Senin depan!
Kemana Energi, Waktu dan Fokusmu Kau Arahkan?
Kemana Energi, Waktu dan Fokusmu Kau Arahkan?
Energi, waktu dan fokus kita terbatas. Selama ini, kita arahkan kemana? Selama ini, dihabiskan untuk apakah ketiganya?
Energi, waktu dan fokus kita terbatas. Jika kita menghabiskan energi kita untuk mengerjakan hal-hal yang tidak bermanfaat, maka tidak ada energi yang tersisa untuk mengerjakan hal-hal yang bermanfaat. Jika kita menghabiskan waktu kita untuk hal-hal yang tidak bermanfaat, maka kita tidak akan punya waktu untuk hal-hal yang bermanfaat. Jika kita terlalu banyak memfokuskan perhatian kita pada hal yang tidak bermanfaat, maka kita tidak akan bisa memberikan fokus yang memadai untuk hal-hal yang bermanfaat.
Energi, waktu dan fokus kita terbatas. Sangatlah sia-sia bila kita tidak memanfaatkannya sebaik-baiknya. Sangatlah sia-sia bila kita menyalurkannya untuk hal-hal yang tidak berguna.
Pilihan dalam hidup sangat jelas. Menghabiskan energi untuk scrolling dan mengomentari semua status yang kita ikuti di sosial media atau membaca satu bab buku? Menghabiskan waktu untuk menggunjing tetangga atau mengikuti kajian ilmu? Memfokuskan perhatian untuk hal-hal yang ada di luar kendali kita: sikap tetangga, kekecewaan di masa lalu, kekhawatiran di masa depan; atau memfokuskan perhatian untuk berkreasi – menciptakan karya yang bermanfaat bagi sesama? Pilihannya jelas.
Jika kita masih punya energi untuk hal-hal yang tidak produktif, itu karena kita kurang banyak melakukan hal-hal yang produktif. Jika kita disibukkan dengan hal-hal negatif, itu karena kita kurang disibukkan dengan hal-hal positif. Jika kita masih punya waktu untuk hal-hal yang tidak bermanfaat, itu karena kita kurang banyak melakukan hal-hal yang bermanfaat. Sesederhana itu.
Pertanyaannya, apakah kita menyadari bagaimana energi, waktu dan fokus kita digunakan? Atau kita tak peduli dengan penggunaannya sehingga saat energi, waktu dan fokus kita menuju hal yang sia-sia kita pun tak menyadarinya?