Fokus: Rahasia Keunggulan

Fokus: Rahasia Keunggulan

“If you want to be happy, do not dwell in the past, do not worry about the future, focus on living fully in the present.”
― Roy T. Bennett

Fokus adalah rahasia keunggulan. Hampir semua orang yang sukses di bidangnya memiliki kemampuan untuk fokus. Fokus berarti memberikan atensi penuh pada satu hal dan mengabaikan gangguan di sekitarnya.

Seorang atlit tennis misalnya, mereka perlu memiliki kemampuan untuk hadir utuh di pertandingan. Mengabaikan teriakan-teriakan penonton yang dapat mendistraksi kemampuannya.
Seorang penjual yang hebat memiliki kemampuan untuk fokus pada calon pelanggannya saat melakukan presentasi penjualan.
Seorang pemimpin bisnis, perlu kemampuan untuk fokus pada dinamika perubahan yang terkait dengan industrinya. Sehingga ia bisa beradaptasi dan mengambil keputusan strategis yang tepat.
fokus-rahasia-keunggulan
Fokus, adalah keterampilan yang jarang dimiliki manusia di era ini. Di era yang penuh distraksi dan banjir informasi seperti ini, attention span manusia menjadi sangat pendek. Mereka dengan mudah teralihkan perhatiannya. Oleh sosmed, gadget dan sebagainya. Sekali lagi, fokus menjadi keterampilan penting di era yang penuh distraksi dan banjir informasi seperti saat ini.

Jika dilihat dari ilmu neurologi, kemampuan fokus terkait dengan fungsi PFC (Pre-Frontal Cortex). PFC adalah CEO dari otak kita. Berfungsi tidak hanya mengatur atensi, namun juga mengambil keputusan, mengelola willpower, juga membedakan baik dan buruk. Tidak heran, bila kemampuan fokus seseorang berkorelasi positif dengan kemampuan-kemampuan ini. Semakin terampil seseorang untuk mengelola atensi/fokus-nya semakin terampil ia mengambil keputusan, mengelola willpower, dan membedakan baik dan buruk. Secara ringkas, fokus membuat seseorang mampu menuntaskan apa yang sudah dimulainya.

Daniel Goleman, dalam bukunya FOCUS: The Hidden Driver of Excellence, menyebutkan ada tiga area fokus.

Pertama, inner focus.

Kemampuan seseorang mengenali pikiran, perasaan dan tubuhnya sendiri. Istilah lainnya adalah Self-Awareness (kesadaran diri). Ini merupakan kunci untuk Self-Regulation, Self-Management, dan Self-Control (pengaturan, pengelolaan, dan pengendalian diri). Kita dapat melatih inner focus dengan banyak hal. Misalnya: meditasi, zhan zhuang, tai chi, sholat khusyu, atau mempraktikkan mindfulness. Tidak heran bila ada sebuah ayat menjelaskan bahwa shalat dapat mencegah perbuatan keji dan munkar (Al Ankabut: 45). Secara sains, shalat (yang khusyu) melatih Self-Awareness dan Self-Awareness meningkatkan kemampuan Self-Control.

Sementara jika ditilik dari kacamata NLP, kita dapat melatih inner focus dengan melatih internal sensory acuity. Di kelas NLP Essential, Anda akan belajar banyak tentang hal ini.

Kedua, other focus.

Kemampuan seseorang mengenali pikiran dan perasaan orang lain. Ini adalah dasar dari empati dan rapport. Ada tiga area dari other focus:

Cognitive empathy: berpikir dari sudut pandang orang lain.
Emotional empathy: merasakan apa yang dirasakan orang lain.
Emphatic concern: kepedulian dan rasa welas asih terhadap orang lain.
Bila dilihat dari kacamata NLP, kita dapat melatih other focus dengan melatih external sensory acuity dan callibration.

Ketiga, outer focus.

Kemampuan seseorang mengenali pola dalam kekacauan dan kesadaran terhadap sistem yang lebih luas. Saya berpendapat, kesadaran terhadap ekologi dan Neuro-Logical Level dalam NLP dapat digunakan untuk melatih outer focus ini.

Maka, bila kita ingin menjadi seorang leader yang efektif, mau tidak mau kita perlu melatih tiga macam fokus ini: inner, other, dan outer. Dari ketiga macam fokus ini, mana yang Anda rasa masih kurang tajam? Lalu bagaimana Anda akan melatihnya?

Kemana Fokus Anda?

Kemana Fokus Anda?

Hidup adalah rangkaian waktu. Sementara waktu adalah rangkaian peristiwa. Bangun tidur adalah sebuah peristiwa. Makan pagi adalah sebuah peristiwa. Terjebak macet adalah sebuah peristiwa. Terlambat datang ke kantor adalah sebuah peristiwa. Dimarahi oleh Bos adalah sebuah peristiwa. Kita marah adalah peristiwa. Kita memutuskan untuk ngopi adalah peristiwa. Kita bahagia adalah peristiwa.

Ya, hidup adalah serangkaian peristiwa. Entah peristiwa yang kita inginkan, atau peristiwa yang tidak kita inginkan. Entah peristiwa yang dapat kita kendalikan, atau peristiwa yang tidak dapat kita kendalikan. Fokus kita menentukan kebahagiaan dan kedamaian batin kita.

kemana-fokus-anda

Bila kita fokus pada peristiwa-peristiwa yang tidak bisa kita kendalikan, hidup kita tak akan bahagia. Kita kehilangan kendali terhadap waktu kita. Kita kehilangan kendali terhadap hidup kita.

Sebaliknya, bila kita fokus pada peristiwa-peristiwa yang bisa kita kendalikan, hidup kita akan bahagia. Kita memiliki kendali terhadap waktu kita. Kita memiliki kendali terhadap hidup kita.

Maka, bila kita ingin bahagia dalam hidup, kita perlu mengenali mana peristiwa yang ada di dalam kendali kita dan mana peristiwa yang ada di luar kendali kita. Lalu, fokus pada peristiwa yang ada dalam kendali kita.

Ada dua macam peristiwa dalam hidup:

Pertama, peristiwa yang di luar kendali kita. Misalnya: matahari terbenam, sakit kritis, kematian, sikap orang lain terhadap kita.

Kedua, peristiwa yang di dalam kendali kita. Yaitu respon kita, perilaku kita, tindakan kita, perasaan kita, pikiran kita.

Sederhananya, segala sesuatu yang berasal dari luar kita itu di luar kendali kita. Segala sesuatu yang berasal dari dalam diri kita ada dalam kendali kita.

Masalah diri kita adalah, ada peristiwa yang di luar kendali kita, namun kita percaya dapat mengendalikannya. Misalnya, kita membuang waktu untuk mengomentari hujan, mengkritik pemerintah, berusaha mengubah sikap orang lain, berusaha mengubah pendapat orang lain dsb.

Apapun yang orang lain lakukan, itu di luar kendali kita. Kita tidak bisa memaksa mereka melakukan apa yang kita inginkan. Kita mungkin bisa mempengaruhinya, namun kita tidak dapat mengendalikannya secara penuh.

Sebaliknya, ada peristiwa yang di dalam kendali kita, namun kita tidak percaya dapat mengendalikannya. Apa yang kita lakukan, katakan, rasakan, dan pikirkan itu semua ada di dalam kendali kita. Namun kita percaya, itu di luar kendali kita. Kita bilang, kata-kata dan perilaku saya di luar kendali. Kita bilang pikiran itu menghantui. Kita bilang perasaan ini menggelayuti. Padalah semua itu ada dalam kendali kita. Kita dapat mengendalikan kata-kata kita, kita dapat mengubah perilaku kita, kita dapat mengganti pikiran kita, kita dapat mengotak-atik perasaan kita.

Jika kita ingin memiliki inner peace – kedamaian batin, fokuslah pada peristiwa yang dapat kita kendalikan. Bila ada peristiwa yang di luar kendali kita, fokuslah pada respon kita. Karena respon kita ada di dalam kendali kita. Beradaptasilah dengan peristiwa yang tidak dapat kita kendalikan. Menarilah bersamanya.

“Life is 10% what happens to us and 90% how we react to it” ~Dennis P. Kimbro

Identitas: Kunci Terbentuknya Kebiasaan

Identitas: Kunci Terbentuknya Kebiasaan

Membentuk kebiasaan tidaklah mudah. Apa lagi mengubah kebiasaan yang sudah ada. Padahal, kunci semua pencapaian adalah memiliki kebiasaan yang efektif.

Ingin menghasilkan buku? Miliki kebiasaan menulis.

Ingin langsing? Miliki kebiasaan berolahraga.

Ingin menjual lebih banyak? Miliki kebiasaan follow up.

Semua orang tahu hal ini. Namun, tidak semua orang yang tahu melakukannya bukan? Mengapa hal ini bisa terjadi? Karena target perubahan yang kita buat baru di level perilaku. Padahal untuk menciptakan kebiasaan, kita perlu melakukan perubahan di level identitas.

Perubahan di level perilaku misalnya:

Saya ingin menulis rutin.
Saya harus berolahraga teratur.
Saya seharusnya lebih sering follow up calon pembeli potensial.
Namun, target perubahan di level ini seringkali tidak menetap. Tidak bertransformasi menjadi kebiasaan karena identitas kita tidak ikut berubah.

Apa yang dimaksud dengan perubahan di level identitas?

Coba Anda ingat-ingat, pernahkah Anda bertemu dengan seseorang yang sangat cepat dalam membaca buku? Bukan hanya menyelesaikannya namun juga memahaminya. Coba tanyakan apa tipsnya. Jangan heran kalau dia menjawab dengan kalimat: “Saya ini tipe orang yang cepat dalam mempelajari sesuatu.”

Atau Anda mungkin mengenal seseorang yang sangat mudah dalam mengingat nama orang lain? Dia mungkin punya keyakinan: “Saya ini memang tipe orang yang mudah mengingat nama.”

Atau seseorang yang sepertinya mudah menghasilkan ide dan mengubahnya menjadi uang. Dia bisa jadi punya keyakinan: “Saya ini memang tipe orang yang mudah mengubah ide menjadi uang.”

Nah, keyakinan terhadap diri sendiri inilah yang disebut dengan identitas. Biasanya kalimat identitas diawali dengan:

“Saya ini memang tipe orang yang …”
“Saya ini orangnya …”
“Saya tipikal orang yang …”
Maka, untuk menciptakan kebiasaan yang efektif kita bisa lakukan tiga langkah berikut.

Pertama, identitas: putuskan Anda ingin menjadi orang yang seperti apa.

Kedua, kebiasaan: apa bentuk perilaku yang membuktikan Anda adalah orang yang seperti itu.

Ketiga, kemenangan kecil: mulai proses pembuktian dengan menciptakan kemenangan-kemenangan kecil.

Ingin lebih sehat?

Identitas: saya tipe orang yang aktif, saya lebih suka jalan lewat tangga daripada naik elevator.

Kebiasaan: saya terbiasa berjalan 10.000 langkah setiap hari.

Kemenangan kecil: install aplikasi pedometer. Berjalan kaki 50 langkah mulai besok saat berangkat pulang kantor. Hari berikutnya naik jadi 100 langkah. Hari berikutnya lagi 150 langkah. Di akhir tahun, Anda akan mencapai target kebiasaan Anda 10.000 langkah per hari.

Ingin membaca buku secara teratur?

Identitas: saya ini tipikal learner.

Kebiasaan: membaca 100 halaman per hari.

Kemenangan kecil: mulai dengan membaca 1 paragraf sebelum tidur. Tingkatkan setiap hari sampai Anda mencapai 100 halaman per hari.

Ingin menulis buku?

Identitas: saya ini penulis, gatel rasanya kalau nggak nulis sehari.

Kebiasaan: saya menulis 1000 kata per hari.

Kemenangan kecil: mulai dengan menulis satu paragraf setiap hari selama 7 hari ke depan. Kemudian, tambah menjadi dua paragraf setiap hari. Tingkatkan sampai Anda mencapai 1000 kata per hari (Btw, artikel ini sekitar 500 kata. Artinya 1000 kata panjangnya hanya 2x artikel ini).

Perhatikan: kuncinya adalah dengan menciptakan kemenangan-kemenangan kecil. Saat tercapai, kemenangan kecil ini akan memperkuat identitas Anda: Ya, ternyata saya memang bisa! Saya memang orang yang seperti ini. Maka, buatlah kemenangan kecil ini semudah mungkin. Sehingga tingkat kesuksesan Anda bisa mencapai 90-100%. Bila terlalu sulit dan potensi gagalnya besar hal ini akan menjadi bumerang yang akan mencederai identitas Anda. Anda akan kehilangan kepercayaan pada diri Anda sendiri.

Jadi, apa kebiasaan yang ingin capai? Apa identitas baru Anda? Dan apa kemenangan kecil yang akan Anda ciptakan di awal?

Coaching

APA YANG DIMAKSUD DENGAN COACHING?

Coaching adalah hubungan kemitraan melalui proses kreatif dan membangkitkan pemikiran yang menginspirasi klien untuk mendapatkan hasil memuaskan dalam kehidupan personal maupun profesionalnya.

APA PERBEDAAN COACHING DENGAN METODE PENGEMBANGAN SDM LAINNYA?

TRAINING: Seseorang membutuhkannya ketika ada pengetahuan dan keterampilan tertentu yang belum ia kuasai.
MOTIVATING: Seseorang membutuhkannya ketika perlu digerakkan motivasinya untuk melakukan sesuatu.
COUNSELING: Seseorang membutuhkannya ketika memiliki masalah psikologis / emosional yang menghambatnya dalam berkarya.
MENTORING: Seseorang membutuhkannya ketika ketika ada tugas baru yang belum ia kuasai. Umumnya diberikan oleh mentor dengan posisi lebih tinggi yang melakukan transfer pengetahuan dan pengalaman secara berkelanjutan.
COACHING: Seseorang membutuhkannya ketika ingin melejitkan potensinya untuk memperoleh performa diri yang istimewa. Ia didampingi oleh seorang Coach dengan teknik bertanya yang memberdayakan dan fokus pada solusi yang membawa keberhasilan.

SEBERAPA POWERFUL COACHING ITU?

Perusahaan yang telah menginvestasikan pengembangan SDM-nya dengan COACHING memberitakan hasil mencengangkan yang mereka peroleh.

Pada tahun 2001, penelitian pada lebih dari 100 pimpinan yang mayoritas berasal dari perusahaan Fortune 1000, menemukan bahwa perusahaan mencapai Return on Investment (ROI) rata-rata 600% setelah mereka mengadakan program 1-on-1 executive coaching dan leadership development.
Para pimpinan juga melaporkan pengembalian rata-rata $100.000 dari setiap $15.000 – $20.000 yang mereka anggarkan untuk program coaching. Selain itu, mereka juga merasakan manfaat intangible seperti etika kerja yang lebih baik, hubungan interpersonal yang berkembang, dan kepemimpinan tim yang lebih kuat.
Pada tahun 2002, studi pada perusahaan level menengah mencapai rata-rata ROI lebih dari 520% dari inisiasi program management and leadership coaching. The Denver Post melaporkan Survey Manchester pada 140 perusahaan yang menyampaikan bahwa investasi waktu dan uang pada coaching sangat layak dilakukan. Mengingat, rata-rata pengembalian yang dapat diperoleh adalah $5 dari setiap $1 yang dianggarkan.
Dr. Brian Underhill, ahli desain dan manajemen dalam implementasi executive coaching tingkat dunia melaporkan studi penelitiannya pada tahun 2008 bahwa: 43% CEO dan 71% eksekutif senior memiliki Coach. 63% organisasi ingin meningkatkan implementasi program coaching untuk 5 tahun kedepan. 92% pemimpin yang telah di-coach menyatakan rencana mereka untuk meneruskan kerja sama dengan Coach.
(Sumber: American Society of Training & Development)

MANFAAT APA YANG DAPAT DIBERIKAN OLEH COACHING?

Untuk Leader:

Memiliki tim yang kuat menjadi investasi masa depan. Jelas terlihat dari segmen sebelumnya mengenai ROI yang berlipat ganda dari implementasi coaching yang tepat.
Leader tidak perlu menangani kesalahan anggota tim terus menerus.
Waktu kerja dapat dialokasikan untuk pengembangan kerja yang lebih strategis.
Mendapatkan reputasi sebagai “orang yang menghasilkan bintang (starmaker)” dan mendapatkan respek yang lebih besar.
Meningkatkan keterampilan pengembangan SDM dengan menjadi coach internal perusahaan.
Untuk Coachee:

Mendapatkan pengakuan atas keberadaan Coachee dalam organisasi.
Mengembangkan kompetensi pribadi Coachee.
Meningkatkan kepuasan atas prestasi kinerja Coachee.
Membangkitkan kemandirian, motivasi, dan komitmen dalam penyelesaian tugas.
Menyeimbangkan aspek personal dan profesional dalam diri Coachee.
Mendorong kesadaran dan refleksi diri Coachee.
Melatih keterampilan Coachee dalam mengambil keputusan.
Untuk Organisasi

Pengembangan produktivitas kerjaa organisasi
Peningkatan profit organisasi
Pola komunikasi dan budaya organisasi yang lebih terbuka dan efektif.
Pengembangan SDM yang berkesinambungan
Peningkatan motivasi dan kepuasan kerja karyawan.

Berikut ini adalah coaching services :
Coaching akan dilaksanakan sebanyak 7 (tujuh) kali sesi pertemuan tatap muka dalam kurun waktu 3 (tiga) bulan.
Masing-masing sesi akan berlangsung selama 1,5 jam, sebanyak 2 (dua) sesi dalam satu bulan.
Maksimum peserta Coaching (Coachee) adalah 5 (lima) orang.

5 Cara untuk Melatih Disiplin Diri

5 Cara untuk Melatih Disiplin Diri

“Disiplin diri itu seperti otot. Semakin banyak Anda melatihnya, semakin kuatlah ia” ~Daniel Goldstein

Untuk mencapai tujuan kita, tindakan saja tidak cukup. Kita perlu tindakan yang konsisten terus menerus. Setiap pencapaian memerlukan disiplin pikiran dan disiplin tindakan. Tanpanya, tujuan hanyalah tulisan di atas kertas.

Maka, perlu bagi kita melatih disiplin diri. Berlatih untuk menciptakan kebiasaan berpikir dan bertindak yang baru. Berikut adalah beberapa cara yang dapat kita praktikkan.

5-cara-untuk-melatih-disiplin-diri

Pertama, jadwalkan rutinitas di jam yang sama.
Jadwalkan satu aktivitas rutin di pagi hari. Aktivitas tersebut tidak memerlukan waktu lebih dari 15 menit. Misalnya, Anda ingin memiliki kebiasaan menulis, Anda bisa luangkan waktu 15 menit untuk menulis setiap pagi. Tetapkan jam persisnya. Tunggu melakukan aktivitasnya sampai jam menunjukkan waktu tepat seperti yang dijadwalkan. Ini melatih kita untuk tidak bergantung pada impuls dan mood. Lakukan aktivitas ini untuk 66 hari dan pantau kemajuan Anda.

Menjadwalkan aktivitas seperti ini melatih kita untuk fokus pada prioritas kita. Juga melatih kebiasaan memulai. Batas 15 menit membuat kita tidak terbebani keharusan menyelesaikannya saat itu juga. Ini akan menghindarkan kita dari kebiasaan menunda.

Kedua, ciptakan rutinitas dengan kuota minimum.
Pekerjaan rumah (menyeterika, cuci piring, merapikan isi lemari, menata koleksi buku) seringkali membuat kita malas. Kita sering berharap seandainya ada satu hari longgar, barulah kita akan menyelesaikan pekerjaan rumah tersebut. Alih-alih demikian, alokasikan waktu 10-20 menit untuk mengerjakan pekerjaan rumah tersebut. Misal, cuci piring, alokasikan 15 menit di pagi hari dan 15 menit di sore hari. Berpeganglah pada jadwal ini. Pada saat mengerjakan, kerjakan hanya 15 menit. Selesai tidak selesai, hentikan pekerjaan Anda setelah 15 menit. Terapkan hal ini pada hal lain, berolahraga misalnya. Awal merutinkan olahraga saya hanya mengalokasikan untuk melakukan jumping jack 30x, ini hanya membutuhkan waktu kurang dari 3 menit. Saat mengerjakan project (membuat website; membuat laporan; dsb), Anda bisa juga terapkan metode yang sama. Keuntungan dari metode ini adalah menghilangkan rasa malas dan penundaan. Karena kecilnya tugas yang harus diselesaikan.

Ketiga, miliki buku catatan harian.
Di awal hari, buka buku catatan Anda. Pikirkan hal-hal yang perlu Anda tuntaskan hari ini. Lalu, buat prioritas. Kerjakan hal terpenting di awal hari. Lakukan aktivitas ini setiap hari dan Anda akan menjadi orang yang bekerja karena prioritas, bukan karena impuls.

Keempat, mulai lebih awal.
Hampir semua pebisnis sukses yang saya ikuti perjalanan hidupnya adalah “Morning Person.” Mereka bangun lebih pagi dibanding pebisnis lainnya. Mereka mengerjakan hal-hal penting di awal hari. Mereka menyelesaikan lebih banyak hal di pagi hari dibandingkan yang orang lain kerjakan seharian.

Kelima, beri hadiah untuk diri Anda sendiri.
Memiliki disiplin diri tidak berarti Anda menjadi orang yang kaku dan kejam pada diri sendiri. Jadwalkan waktu khusus untuk istirahat, liburan, dan menyenangkan diri sendiri. Misal, Anda berhasil berolahraga teratur sesuai jadwal selama sebulan, hadiahi diri Anda dengan spa misalnya. Berhasil mengendalikan pengeluaran Anda selama tiga bulan? Hadiahi diri Anda dengan Rp.500.000,- yang bisa Anda belanjakan sepuasnya di mall misalnya.

5 Cara untuk Melatih Disiplin Diri

“Disiplin diri itu seperti otot. Semakin banyak Anda melatihnya, semakin kuatlah ia” ~Daniel Goldstein

Untuk mencapai tujuan kita, tindakan saja tidak cukup. Kita perlu tindakan yang konsisten terus menerus. Setiap pencapaian memerlukan disiplin pikiran dan disiplin tindakan. Tanpanya, tujuan hanyalah tulisan di atas kertas.

Maka, perlu bagi kita melatih disiplin diri. Berlatih untuk menciptakan kebiasaan berpikir dan bertindak yang baru. Berikut adalah beberapa cara yang dapat kita praktikkan.

5-cara-untuk-melatih-disiplin-diri

Pertama, jadwalkan rutinitas di jam yang sama.
Jadwalkan satu aktivitas rutin di pagi hari. Aktivitas tersebut tidak memerlukan waktu lebih dari 15 menit. Misalnya, Anda ingin memiliki kebiasaan menulis, Anda bisa luangkan waktu 15 menit untuk menulis setiap pagi. Tetapkan jam persisnya. Tunggu melakukan aktivitasnya sampai jam menunjukkan waktu tepat seperti yang dijadwalkan. Ini melatih kita untuk tidak bergantung pada impuls dan mood. Lakukan aktivitas ini untuk 66 hari dan pantau kemajuan Anda.

Menjadwalkan aktivitas seperti ini melatih kita untuk fokus pada prioritas kita. Juga melatih kebiasaan memulai. Batas 15 menit membuat kita tidak terbebani keharusan menyelesaikannya saat itu juga. Ini akan menghindarkan kita dari kebiasaan menunda.

Kedua, ciptakan rutinitas dengan kuota minimum.
Pekerjaan rumah (menyeterika, cuci piring, merapikan isi lemari, menata koleksi buku) seringkali membuat kita malas. Kita sering berharap seandainya ada satu hari longgar, barulah kita akan menyelesaikan pekerjaan rumah tersebut. Alih-alih demikian, alokasikan waktu 10-20 menit untuk mengerjakan pekerjaan rumah tersebut. Misal, cuci piring, alokasikan 15 menit di pagi hari dan 15 menit di sore hari. Berpeganglah pada jadwal ini. Pada saat mengerjakan, kerjakan hanya 15 menit. Selesai tidak selesai, hentikan pekerjaan Anda setelah 15 menit. Terapkan hal ini pada hal lain, berolahraga misalnya. Awal merutinkan olahraga saya hanya mengalokasikan untuk melakukan jumping jack 30x, ini hanya membutuhkan waktu kurang dari 3 menit. Saat mengerjakan project (membuat website; membuat laporan; dsb), Anda bisa juga terapkan metode yang sama. Keuntungan dari metode ini adalah menghilangkan rasa malas dan penundaan. Karena kecilnya tugas yang harus diselesaikan.

Ketiga, miliki buku catatan harian.
Di awal hari, buka buku catatan Anda. Pikirkan hal-hal yang perlu Anda tuntaskan hari ini. Lalu, buat prioritas. Kerjakan hal terpenting di awal hari. Lakukan aktivitas ini setiap hari dan Anda akan menjadi orang yang bekerja karena prioritas, bukan karena impuls.

Keempat, mulai lebih awal.
Hampir semua pebisnis sukses yang saya ikuti perjalanan hidupnya adalah “Morning Person.” Mereka bangun lebih pagi dibanding pebisnis lainnya. Mereka mengerjakan hal-hal penting di awal hari. Mereka menyelesaikan lebih banyak hal di pagi hari dibandingkan yang orang lain kerjakan seharian.

Kelima, beri hadiah untuk diri Anda sendiri.
Memiliki disiplin diri tidak berarti Anda menjadi orang yang kaku dan kejam pada diri sendiri. Jadwalkan waktu khusus untuk istirahat, liburan, dan menyenangkan diri sendiri. Misal, Anda berhasil berolahraga teratur sesuai jadwal selama sebulan, hadiahi diri Anda dengan spa misalnya. Berhasil mengendalikan pengeluaran Anda selama tiga bulan? Hadiahi diri Anda dengan Rp.500.000,- yang bisa Anda belanjakan sepuasnya di mall misalnya.

 

; ; ;